Inovasi Pangkat Tinggi ini berawal dari masih ditemukan beberapa Balita disetiap Desa Wilayah kerja Puskesmas Tandun II Tahun 2024 yang mengalami stunting dan masalah Gizi dengan Data : Desa Dayo sebanyak 5 anak (1,6%), Desa Tapung Jaya 5 anak (1,4%), Desa Bono Tapung 3 anak (1,4%) dan Sei Kuning 7 anak (3,3%), sedangkan Partisipasi Ibu Balita datang ke Posyandu rata-rata baru mencapai 60-70 persen, artinya ada sebanyak 30-40 persen Ibu Balita tidak datang ke Posyandu untuk memantau Pertumbuhan Balitanya. Sehingga perlunya dilakukan pencegahan dan penurunan stunting dan meningkatkan partisipasi masyarakat datang ke posyandu dengan bermitra antara puskesmas dan PT.SPR langgak untuk kegiatan ini. Inovasi berawal dari masih adanya kasus stunting dan masalah gizi serta partisipasi ibu balita datang ke posyandu masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Tandun II maka bersama PT SPR Langgak mengadakan program pencegahan dan penanggulangan stunting dan masalah gizi. Inovasi ini bergerak di bidang pelayanan kesehatan masyarakat dimulai dengan pengimputan data setiap bulan di aplikasi SIGIZI, Pembentukan tim pencegahan dan Penanggulangan balita Stunting dan masalah gizi. Pelaksanaan Inovasi Pangkat Tinggi merupakan inovasi bermitra dengan PT SPR Langgak sehingga perlunya koordinasi dengan lintas sektor dan OPD terkait serta penentuan Jadwal pelaksanaan inovasi Pangkat Tinggi. *berisikan latar belakang inisiasi inovasi serta masalah yang akan dipecahkan melalui pelaksanaan inovasi dengan penjelasan berbasis bukti data dan fakta yang jelas, keterkaitan inovasi dengan tema lomba inovasi yakni“Rokan Hulu Maju dan Berdaya Saing melalui Inovasi.” Guna mewujudkan Indonesia Maju 2045, maka setiap permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini harus dapat diatasi bersama. Salah satu permasalahan yang dihadapi pada saat ini yaitu Stunting. Sebelum membahas lebih jauh, maka perlu diketahui definisi dari Stunting. Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Sebenarnya, permasalahan Stunting ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di berbagai negara. Dikutip dari www.antaranews.com, disebutkan bahwa WHO mengestimasikan jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah (prevalensi) Stunting (balita kerdil) di seluruh dunia sebesar 22 persen atau sebanyak 149,2 juta jiwa pada tahun 2020. Di Indonesia, berdasarkan data Asian Development Bank, pada tahun 2022 persentase Prevalence of Stunting Among Children Under 5 Years of Age di Indonesia sebesar 31,8 persen. Jumlah tersebut, menyebabkan Indonesia berada pada urutan ke-10 di wilayah Asia Tenggara. Selanjutnya pada tahun 2022, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, angka stunting Indonesia berhasil turun menjadi 21,6 persen.
Dari uraian strategi yang dilakukan terdapat tujuan inovasi yaitu:
1. Untuk menurunkan angka stunting dan gangguan gizi di Puskesmas Tandun II
2. Untuk meningkatkan Partisipasi Ibu Balita datang ke Posyandu Balita agar terpantau Pertumbuhan Balita melalui Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan.
3. Pemenuhan Asupan Gizi bagi Balita Stunting dan masalah gizi.
novasi yang dikembangkan ini memerikan mamfaat bagi generasi bangsa maupun bangsa, antara lain:
1. Menurunkan angka stunting dan masalah gizi di Puskesmas Tandun II, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau serta menurunnya angka stunting di Indonesia
2. Terpantau Pertumbuhan Balita melalui Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan.
3. Pemenuhan asupan gizi bagi balita stunting dan gangguan gizi
Hasil Kegiatan Pelaksanaan “Pangkat Tinggi (Bapak angkat balita stunting dan masalah Gizi) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tandun II” mulai dari tahun 2023-2024 yaitu:
1. Menurunnya angka stunting dan gangguan gizi di wilayah kerja Puskesmas Tandun II
2. Pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Tandun II yang tercatat dan terlapor
3. Meningkatkan partisipasi ibu balita untuk datang ke posyandu